Tahanan
(resistor) adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk membagi
(menurunkan) tegangan dan mengatur kuat arus listrik.
Adapun simbol dari tahanan (resistor)
yaitu:
besarnya
arus yang mengalir sebanding dengan pertambahan (kenaikan) tegangan. Semakin
tinggi tegangan maka kuat arusnya semakin besar.
Untuk
menentukan nilai tahanan dapat dilakukan /digunakan “ HUKUM OHM “ yang berbunyi
“ Besarnya arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding lurus
dengan beda potensial dan berbanding terbalik dengan tahanan yang
dinyatakan dengan rumus:
R=V/I atau
Dimana :
V= E = besarnya tegangan dalam satuan
volt
I = kuat arus yang mengalir dalam
rangkaian dalam satuan ampere
I. Macam - macam Tahanan
a.
Tahanan Tetap
Tahan tetap
memiliki nilai tahanan yang sudah ditetapkan pada produksinya. Nilai tahanan
ada yang tertulis langsung dibadan nya, ada juga yang memakai kode warna dengan
nilai yang tertentu besar nya.
b.
Tahanan yang Variabel (Variabel Resistor) yang dapat diatur secara manual
1.TRIMER
POTENSIO(TRIMPOT)
·
Nilai perlawanan nya dapat ditrim dengan mengunakan
obeng.
·
Alat ini banyak dipakai pada sirkit stabilisasi arus dan
tegangan.
·
Nilai ukur Ohmnya ada yang tertulis langsung (misal
5K),ada juga yang memakai sistim hitungan .
Contoh:
Pada badan nya tertulis 502 (angka terakhir = banyak nya nol)
Angka
terakhir 2 =banyak nol dua(00)
Ini
berarti nilai nya = 5000 =5K
Pada badan nya
tertulis 203 (angka terakir = banyak nya nol )
Angka terakhir 3 =banyak nol tiga
(000)
ini berarti nilai nya =20000W =20K
Gambar 1.2
2.POTENSIO METER (CONTROL POTENSIO METER)
Ada dua model potensio yaitu yang model putar dan model
slide.
Alat ini dipakai untuk keperluan pengatur volume suara,
pengatur nada bass –trebel, pengatur balance dan lain –lain.
Ada dua jenis
potensiometer berdasarkan pemakaiannya:
1.
Potensiometer Linear, digunakan untuk pengatur balance
dan nada. Yang ditandai dengan Lin / B (misal: Lin 50K / B 50K).
2.
Poteniometer Logaritmic, digunakan untuk pengatur volume.
Yang ditandai dengan Log / A (misal: Log 50K / A 50K).
Gambar 1.3
C. Tahanan variable yang di pengaruhi lingkungan
1. NTC THERMISTOR (NTC = Negatif Temperature Coeficient).
Sifat NTC yaitu pada waktu dingin
(temperatur udara biasa) nilai tahanannya besar, setelah panas nilai tahanannya
menurun / mengecil. Nilai tahanannya yaitu 170W, 200W, 100W, 47W, dll. NTC
digunakan pada transistor penguat akhir.
2. PTC THERMISTOR (PTC = Positif
Temperatur Coefficient)
Sifat
PTC yaitu pada udara biasa nilai tahanannya kecil dan saat panas nilai
tahanannya besar. PTC digunakan untuk melindungi voltase suply terhadap beban
yang mengambil arus terlalu besar.
3. VDR (VOLTAGE DEPENDENT RESISTOR)
VDR
adalah resistor yang nilai hambatannya tergantung dari besarnya tegangan ,
dimana pada kenaikan tegangannya, maka nilai hambatannya akan turun. Pada
Gambar 7 di bawah menunjukkan karakteristik sebuah VDR, dimana arusnya
digambarkan sebagai hambatan terhadap tegangannya. Resistor VDR biasa digunakan
pada pesawat televisi.
Gambar
1.4 Karakteristik Arus -Tegangan sebuah VDR.
3.
LDR (Light
Dependent Resistor)
Resistor LDR adalah
resistor yang nilai hambatannya akan menurun jika terkena cahaya. Pada Gambar 6
di bawah memperlihatkan rangkaian relai dengan LDR dimana tegangan antara
apitan-apitan masuk dari rangkaian penguat akan naik jika LDR terkena cahaya.
Rangkaian penguat ini mengemudikan sebuah relai. Rangkaian ini digunakan
misalnya untuk enggerakan sebuah pintu garasi, dimana jika mobil berada di depan
pintu garasi, maka cahaya lampu mobil akan menyinari LDR sehingga akan
mengerjakan relai dan membuka pintu garasi.
Gambar 1.5
Rangkaian Relai dengan LDR.
II. Toleransi
Toleransi
adalah besarnya persentase nilai tahanan yang diizinkan sehingga menghasilkan
nilai maksimum dan nilai minimum.
III. MENENTUKAN NILAI TAHANAN RESISTOR
Kode
Warna Resistor
Kode warna pada
resistor menyatakan harga resistansi dan toleransinya. Semakin kecil harga
toleransi suatu resistor adalah semakin baik, karena harga sebenarnya adalah
harga yang tertera ± harga toleransinya.
Misalnya suatu resistor harga yang tertera = 100 W mempunyai toleransi 5%, maka harga sebenarnya adalah:
Harga
resistor = 100 – (5% x 100) s/d 100 + (5% x 100)
=
95 W s/d 105 W.
Terdapat resistor yang
mempunyai 4 gelang warna dan 5 gelang warna seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini :
Gambar 1.6 Resistor dengan 4 Gelang dan 5 Gelang Warna.
Tabel Kode Warna
pada Resistor 4 Gelang
Warna
|
Gelang 1
(Angka pertama)
|
Gelang 2
(Angka kedua)
|
Gelang 3
(Faktor pengali)
|
Gelang 4
(Toleransi/%)
|
Hitam
|
-
|
0
|
1
|
-
|
Coklat
|
1
|
1
|
10
|
1
|
Merah
|
2
|
2
|
102
|
2
|
Oranye (jingga)
|
3
|
3
|
103
|
3
|
Kuning
|
4
|
4
|
104
|
4
|
Hijau
|
5
|
5
|
105
|
5
|
Biru
|
6
|
6
|
106
|
6
|
Ungu
|
7
|
7
|
107
|
7
|
Abu-abu
|
8
|
8
|
108
|
8
|
Putih
|
9
|
9
|
109
|
9
|
Emas
|
-
|
-
|
10-1
|
5
|
Perak
|
-
|
-
|
10-2
|
10
|
Tanpa warna
|
-
|
-
|
10-3
|
20
|
Arti
kode warna pada resistor 4 gelang adalah :
Gelang
1 = Angka pertama
Gelang
2 = Angka kedua
Gelang
3 = Faktor pengali
Gelang
4 = Toleransi
Arti
kode warna pada resistor 5 gelang adalah :
Gelang
1 = Angka pertama
Gelang
2 = Angka kedua
Gelang
3 = Angka ketiga
Gelang
4 = Faktor pengali
Gelang
5 = Toleransi
Kode Huruf Resistor
Resistor yang mempunyai
kode angka dan huruf biasanya adalah resistor lilitan kawat yang diselubungi
dengan keramik/porselin, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1.7 Resistor dengan Kode
Angka dan Huruf
Arti kode angka dan
huruf pada resistor ini adalah sebagai berikut :
-
82 k W 5% 9132 W
82 k W berarti besarnya
resistansi 82 k W (kilo ohm)
5% berarti besarnya toleransi 5%
9132 W adalah nomor serinya
-
5 W 0,02 W J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
0,02 W berarti besarnya
resistansi 0,02 W
J berarti besarnya toleransi 5%
-
5 W 22 R J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
22 R berarti besarnya resistansi 22 W
J berarti besarnya toleransi 5%
-
5 W 1 k W J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
1 k W berarti kemampuan
besarnya resistansi 1 k W
J berarti besarnya toleransi 5%
-
5 W R 1 k
5 W berarti kemampuan daya resistor sebesar 5 watt
R 1 K berarti
besarnya resistansi 1 k W
-
RSN 2 P 22 kk
RSN 2 P berarti nomor seri resistor
22 k berarti besarnya resistansi 22 k W
k berarti besarnya toleransi 10%
-
1 k 5 berarti besarnya
resistansi 1,5 k W
IV. Rangkaian Resistor
Ada tiga macam sambungan hambatan /
resistor, yaitu sambungan seri, sambungan paralel dan sambungan campuran
(seri-paralel). Dari beberapa resistor yang disambung dengan jalan di atas,
dapat ditentukan satu buah hambatan pengganti.
1.
Sambungan Seri
Sambungan seri disebut juga sambungan deret.
Resistor-resistor dikatakan sambungan seri apabila dua resistor atau lebih
disambung dengan cara ujung akhir dari resistor pertama disambungkan dengan
ujung awal dari resistor kedua, ujung akhir resistor kedua disambungkan dengan
ujung awal resistor ketiga dan seterusnya..
Contoh
pada Gambar 1.8 tiga buah hambatan yaitu: AB, CD, EF disambung seri
Gambar 1.8 . Rangkaian Seri
Rangkaian
di atas menunjukkan, ujung B disambung dengan ujung C dan ujung D disambung
dengan ujung E.
Untuk
mengetahui berapa besar satu hambatan pengganti dari sambungan seri dari
beberapa hambatan, dapat dibuktikan dengan menggunakan hukum Ohm dan Kirchoff.
Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 1.9.
Gambar 1.9 Resistor Seri
Pada
rangkaian resistor seri di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
:
1.
Arus listrik yang mengalir pada ketiga resistor sama.
2.
Drop tegangan pada tiap resistor berbeda jika besar
resistansi sama.
3.
Jumlah dari ketiga drop tegangan sama dengan tegangan
sumber.
Untuk
menghitung resistansi ekivalen dari ketiga resistor adalah sebagai berikut.
V1
= IR1 V2 = IR2 V3 = IR3
V =
V1 + V2 + V3
V =
IR1 + IR2 + IR3
= I (R1 + R2 +R3)
merupakan resistansi
ekivalen R sehingga R = R1 + R2 +R3.
2.
Sambungan Paralel
Jika
resistor R1, R2,R3 disusun seperti gambar 1.10
maka disebut dengan susunan paralel.
Gambar 1.10. Resistor Paralel
Pada
rangkaian resistor paralel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya
:
1.
Drop tegangan pada setiap resistor sama.
2.
Arus pada setiap resistor berbeda sesuai hukum ohm.
3.
Arus total merupakan jumlah dari ketiga arus cabang.
Untuk
menghitung resistansi ekivalen dari susunan resistor paralel sebagai berikut :
I = I1 + I2 + I3
Jika
resistor hanya dua buah disusun paralel maka
3.
Sambungan Seri dan Paralel
Sambungan
seri-paralel merupakan sambungan atau rangkaian yang terdiri dari
resistor-resistor yang tersambung dalam “sistem seri” maupun “sistem paralel”.
Sebagai contoh dapat dilihat pada
Gambar 1.11 di bawah ini.
Gambar 1.11.
Rangkaian Sambungan Seri dan Paralel
Dalam
rangkaian/sambungan ini, R2 paralel dengan R3, kemudian
hambatan penggantinya (RBC) disambung seri dengan R1.
Untuk
mencari hambatan pengganti dari sambungan di atas yaitu besarnya hambatan
antara titik A – C dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mencari hambatan
pengganti antara titik B – C, yaitu RBC yang diseri dengan R1
dan R2 dengan R3. Selanjutnya RBC ini diseri
dengan R1 yang hasilnya merupakan hambatan pengganti antara titik A
– C yang disebut RAC. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 1.12
dan 1.13 di bawah ini.
Gambar 1.12.
Gambar Hasil Penyederhanaan
RBC
= R1 // R2
RAC
= R1 + RBC
RBC
= R2 // R3
Gambar 1.13
Gambar Hasil Penyederhanaan
om ..
BalasHapuspada komponen resistor apakah ada plus dan minus ya?