Rabu, 11 September 2013

Mengenal Komponen Resistor



Tahanan (resistor) adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk membagi (menurunkan) tegangan dan mengatur kuat arus listrik.
          Adapun simbol dari tahanan (resistor) yaitu:

besarnya arus yang mengalir sebanding dengan pertambahan (kenaikan) tegangan. Semakin tinggi tegangan maka kuat arusnya semakin besar.
Untuk menentukan nilai tahanan dapat dilakukan /digunakan “ HUKUM OHM “ yang berbunyi “ Besarnya arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan beda potensial dan berbanding terbalik dengan tahanan yang dinyatakan dengan rumus:
                     R=V/I        atau        
Dimana :
          V= E = besarnya tegangan dalam satuan volt
          I = kuat arus yang mengalir dalam rangkaian dalam satuan ampere

 

I.  Macam - macam Tahanan
a.   Tahanan Tetap
Tahan tetap memiliki nilai tahanan yang sudah ditetapkan pada produksinya. Nilai tahanan ada yang tertulis langsung dibadan nya, ada juga yang memakai kode warna dengan nilai yang tertentu besar nya.
b. Tahanan yang Variabel (Variabel Resistor) yang dapat diatur secara manual
    1.TRIMER POTENSIO(TRIMPOT)
·         Nilai perlawanan nya dapat ditrim dengan mengunakan obeng.
·         Alat ini banyak dipakai pada sirkit stabilisasi arus dan tegangan.
·         Nilai ukur Ohmnya ada yang tertulis langsung (misal 5K),ada juga yang memakai sistim hitungan .
Contoh:
 Pada badan nya tertulis 502  (angka terakhir = banyak nya nol)
Angka terakhir 2 =banyak nol dua(00)
Ini berarti nilai nya =                  5000  =5K
Pada badan nya tertulis 203 (angka terakir = banyak nya nol )
          Angka terakhir 3 =banyak nol tiga (000)
          ini berarti nilai nya =20000W     =20K

Gambar 1.2
2.POTENSIO METER (CONTROL POTENSIO METER)
Ada dua model potensio yaitu yang model putar dan model slide.
Alat ini dipakai untuk keperluan pengatur volume suara, pengatur nada bass –trebel, pengatur balance dan lain –lain.


Ada dua jenis potensiometer berdasarkan pemakaiannya:
1.    Potensiometer Linear, digunakan untuk pengatur balance dan nada. Yang ditandai dengan Lin / B (misal: Lin 50K / B 50K).
2.    Poteniometer Logaritmic, digunakan untuk pengatur volume. Yang ditandai dengan Log / A (misal: Log 50K / A 50K).





Gambar 1.3
C. Tahanan variable yang di pengaruhi lingkungan
1. NTC THERMISTOR (NTC = Negatif Temperature Coeficient).
       Sifat NTC yaitu pada waktu dingin (temperatur udara biasa) nilai tahanannya besar, setelah panas nilai tahanannya menurun / mengecil. Nilai tahanannya yaitu 170W, 200W, 100W, 47W, dll. NTC digunakan pada transistor penguat akhir.
2. PTC THERMISTOR (PTC = Positif Temperatur Coefficient)
       Sifat PTC yaitu pada udara biasa nilai tahanannya kecil dan saat panas nilai tahanannya besar. PTC digunakan untuk melindungi voltase suply terhadap beban yang mengambil arus terlalu besar.
3. VDR (VOLTAGE DEPENDENT RESISTOR)
VDR adalah resistor yang nilai hambatannya tergantung dari besarnya tegangan , dimana pada kenaikan tegangannya, maka nilai hambatannya akan turun. Pada Gambar 7 di bawah menunjukkan karakteristik sebuah VDR, dimana arusnya digambarkan sebagai hambatan terhadap tegangannya. Resistor VDR biasa digunakan pada pesawat televisi.
Gambar 1.4 Karakteristik Arus -Tegangan sebuah VDR.

3.    LDR (Light Dependent Resistor)
                        Resistor LDR adalah resistor yang nilai hambatannya akan menurun jika terkena cahaya. Pada Gambar 6 di bawah memperlihatkan rangkaian relai dengan LDR dimana tegangan antara apitan-apitan masuk dari rangkaian penguat akan naik jika LDR terkena cahaya. Rangkaian penguat ini mengemudikan sebuah relai. Rangkaian ini digunakan misalnya untuk enggerakan sebuah pintu garasi, dimana jika mobil berada di depan pintu garasi, maka cahaya lampu mobil akan menyinari LDR sehingga akan mengerjakan relai dan membuka pintu garasi.
Gambar 1.5  Rangkaian Relai dengan LDR.
II. Toleransi
            Toleransi adalah besarnya persentase nilai tahanan yang diizinkan sehingga menghasilkan nilai maksimum dan nilai minimum.


III. MENENTUKAN NILAI TAHANAN  RESISTOR


Kode Warna Resistor
Kode warna pada resistor menyatakan harga resistansi dan toleransinya. Semakin kecil harga toleransi suatu resistor adalah semakin baik, karena harga sebenarnya adalah harga yang tertera ± harga toleransinya. Misalnya suatu resistor harga yang tertera = 100 W mempunyai toleransi 5%, maka harga sebenarnya adalah:
Harga resistor = 100 – (5% x 100) s/d 100 + (5% x 100)
                     = 95 W s/d 105 W.
Terdapat resistor yang mempunyai 4 gelang warna dan 5 gelang warna seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
                                                        
                                                       
Gambar 1.6 Resistor dengan 4 Gelang dan 5 Gelang Warna.


Tabel  Kode Warna pada Resistor 4 Gelang
Warna
Gelang 1
(Angka pertama)
Gelang 2
(Angka kedua)
Gelang 3
(Faktor pengali)
Gelang 4
(Toleransi/%)
Hitam
-
0
1
-
Coklat
1
1
10
1
Merah
2
2
102
2
Oranye (jingga)
3
3
103
3
Kuning
4
4
104
4
Hijau
5
5
105
5
Biru
6
6
106
6
Ungu
7
7
107
7
Abu-abu
8
8
108
8
Putih
9
9
109
9
Emas
-
-
10-1
5
Perak
-
-
10-2
10
Tanpa warna
-
-
10-3
20
Arti kode warna pada resistor 4 gelang adalah :
Gelang 1 = Angka pertama
Gelang 2 = Angka kedua
Gelang 3 = Faktor pengali
Gelang 4 = Toleransi
Arti kode warna pada resistor 5 gelang adalah :
Gelang 1 = Angka pertama
Gelang 2 = Angka kedua
Gelang 3 = Angka ketiga
Gelang 4 = Faktor pengali
Gelang 5 = Toleransi
Kode Huruf Resistor
Resistor yang mempunyai kode angka dan huruf biasanya adalah resistor lilitan kawat yang diselubungi dengan keramik/porselin, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :


 


               Gambar 1.7 Resistor dengan Kode Angka dan Huruf 

Arti kode angka dan huruf pada resistor ini adalah sebagai berikut :
-      82 k W 5% 9132 W
82 k W berarti besarnya resistansi 82 k W (kilo ohm)
5% berarti besarnya toleransi 5%
9132 W adalah nomor serinya
-      5 W 0,02 W J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
0,02 W berarti besarnya resistansi 0,02 W
J berarti besarnya toleransi 5%
-      5 W 22 R J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
22 R berarti besarnya resistansi 22 W
J berarti besarnya toleransi 5%
-      5 W 1 k W J
5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt
1 k W berarti kemampuan besarnya resistansi 1 k W
J berarti besarnya toleransi 5%
-      5 W R 1 k
5 W berarti kemampuan daya resistor sebesar 5 watt
R 1  K berarti besarnya resistansi 1 k W
-      RSN 2 P 22 kk
RSN 2 P berarti nomor seri resistor
22 k berarti besarnya resistansi 22 k W
k berarti besarnya toleransi 10%
-      1 k 5 berarti besarnya resistansi 1,5 k W

IV. Rangkaian Resistor

          Ada tiga macam sambungan hambatan / resistor, yaitu sambungan seri, sambungan paralel dan sambungan campuran (seri-paralel). Dari beberapa resistor yang disambung dengan jalan di atas, dapat ditentukan satu buah hambatan pengganti.
1.     Sambungan Seri
Sambungan seri disebut juga sambungan deret. Resistor-resistor dikatakan sambungan seri apabila dua resistor atau lebih disambung dengan cara ujung akhir dari resistor pertama disambungkan dengan ujung awal dari resistor kedua, ujung akhir resistor kedua disambungkan dengan ujung awal resistor ketiga dan seterusnya..
Contoh pada Gambar 1.8 tiga buah hambatan yaitu: AB, CD, EF disambung seri


 



Gambar 1.8 . Rangkaian Seri
Rangkaian di atas menunjukkan, ujung B disambung dengan ujung C dan ujung D disambung dengan ujung E.
Untuk mengetahui berapa besar satu hambatan pengganti dari sambungan seri dari beberapa hambatan, dapat dibuktikan dengan menggunakan hukum Ohm dan Kirchoff. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 1.9.



 

 

 

 

Gambar  1.9 Resistor Seri


Pada rangkaian resistor seri di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1.     Arus listrik yang mengalir pada ketiga resistor sama.
2.     Drop tegangan pada tiap resistor berbeda jika besar resistansi sama.
3.     Jumlah dari ketiga drop tegangan sama dengan tegangan sumber.
Untuk menghitung resistansi ekivalen dari ketiga resistor adalah sebagai berikut.
1 = IR1      V2 = IR2     V3 = IR3
V = V1 + V2 + V3
V = IR1 + IR2 + IR3
    = I (R1 + R2 +R3)
 merupakan resistansi ekivalen R sehingga R = R1 + R2 +R3.


2.     Sambungan Paralel
Jika resistor R1, R2,R3 disusun seperti gambar 1.10 maka disebut dengan susunan paralel.


 







    Gambar 1.10. Resistor Paralel


Pada rangkaian resistor paralel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1.     Drop tegangan pada setiap resistor sama.
2.     Arus pada setiap resistor berbeda sesuai hukum ohm.
3.     Arus total merupakan jumlah dari ketiga arus cabang.
Untuk menghitung resistansi ekivalen dari susunan resistor paralel sebagai berikut :
I = I1 + I2 + I3
Jika resistor hanya dua buah disusun paralel maka

3.     Sambungan Seri dan Paralel
Sambungan seri-paralel merupakan sambungan atau rangkaian yang terdiri dari resistor-resistor yang tersambung dalam “sistem seri” maupun “sistem paralel”. Sebagai contoh dapat dilihat pada     Gambar 1.11 di bawah ini.





Gambar 1.11. Rangkaian Sambungan Seri dan Paralel

Dalam rangkaian/sambungan ini, R2 paralel dengan R3, kemudian hambatan penggantinya (RBC) disambung seri dengan R1.
Untuk mencari hambatan pengganti dari sambungan di atas yaitu besarnya hambatan antara titik A – C dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mencari hambatan pengganti antara titik B – C, yaitu RBC yang diseri dengan R1 dan R2 dengan R3. Selanjutnya RBC ini diseri dengan R1 yang hasilnya merupakan hambatan pengganti antara titik A – C yang disebut RAC. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 1.12 dan 1.13 di bawah ini.


 






Gambar 1.12. Gambar Hasil Penyederhanaan

RBC = R1 // R2
RAC = R1 + RBC
RBC = R2 // R3


 






Gambar 1.13 Gambar Hasil Penyederhanaan

1 komentar: