Rabu, 11 September 2013

Mengenal Komponen Kondensator



  I. Mengenal kondensator
Kondensator adalah komponen pasif yang dapat menyimpan muatan listrik. Kondensator sering juga disebut sebagai Kapasitor   . Pada dasarnya kondensator adalah dua penghantar yang tersekat satu dari yang lainnya oleh suatu bahan semi isolator .
 



gambar 2.1
          Perhatikan gambar 2.1 , A dan B adalah penghantar yang berbentuk kawat, kepingan , selinder atau sebagainya. Diantara penghantar itu ada bagian isolasi (udara , kertas, mika dan sebagainya). Bahan isolasi ini disebut bahan dilektrika.
          Kondensator-kondensator yang dipakai dalam teknik elektronika mempunyai berbagai bentuk seperti bentuk blok, pipih dan silinder. Bahan dielektrika yang digunakan juga berbagai macam seperti kertas, keramik, udara, elektrolit dan mika. Kondensator biasanya dinamai berdasarkan bahan dielektrikanya.
          Kemampuan kondensator untuk menyimpan muatan listrik (daya listrik) disebut kapasitansi kondensator. Kapasitansi itu dinyatakan dalam satuan Farad.
          Besar kapasitansi kondensator tergantung pada :
-          Luas keping penghantar,
-          Jarak antara keping penghantar atau tebalnya bahan dielektrika,
-          Jenis dielektrika yang digunakan.

Secara matematis ditulis:
 
dimana :    A = Luas penghantar dalam cm2
                 d = tebalnya dielektrika dalam cm
                 π = 3,14
                 ε = konstanta dielektrika.
                 C= Kapasitas kondensator
          Apabila diantara keping-keping kondensator (penghantar-penghantarnya) diberi tegangan 1 Volt, kondensator dapat menyimpan muatan listrik sebanyak 1 Coulumb, maka kapasitansi kondensator tersebut adalah 1 Farad.


 



Gambar2.2
          Guna keperluan praktek, satuan Farad terlalu besar , maka dipakailah satuan  yang lebih kecil, yaitu:
          1 mikro Farad (uF)   = ..........  Farad
          1 nano Farad (nF)   = ..........  Farad
          1 piko Farad (pF)    = ..........  Farad
          Secara umum kondensator terbagi dua:
1. Kondensator tetap, yaitu kondensator yang memiliki nilai kapasitansi konstan (tetap). Kondensator ini biasanya dikelompokan menjadi:
a)    Kondensator non polar, yaitu kondensator yang tidak memiliki polaritas positif dan negatif. Simbolnya adalah seperti di bawah ini:
gambar 2.3

b)   Kondensator bipolar, yaitu kondensator yang memiliki polaritas positif dan negatif. Simbolnya adalah seperti dibawah ini:
 
gambar 2.4
2. Kondensator variabel, yaitu kondensator yang nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan.
gambar 2.5
II. Fungsi Kondensator
          1. Kondensator sebagai penyimpan muatan listrik.
          Jika sebuah kondensator dihubungkan dengan sumber tegangan, seperti pada gambar 1.6, maka pada keping penghantar yang terhubung dengan kutub negatif sumber tegangan akan kelebihan elektron, dan keping penghantar yang terhubung dengan kutub positif sumber tegangan akan kekurangan elektron. Akibatnya muatan listrik akan tersimpan dalam kondensator sehingga menyebabkan kondensator mempunyai tegangan dan bersifat seperti baterai. Kejadian seperti ini kita sebut dengan pengisian kondensator.
           Muatan listrik yang ada dalam kondensator akan tersimpan untuk beberapa lama, sampai dilakukan pengosongan muatan.
gambar2.6
Pengisian muatan kondensator

 = Arah arus
Mejadi kekurangan elektron(berpolaritas positf)
 
 = Arah aliran elektron


 
Mejadi kelebihan  elektron(berpolaritas negatif)
 


gambar 2.7
Polaritas kondensator setelah diisi muatan listrik
          Jika kondenstor yang telah diisi muatannya dihubungkan kedua kutubnya dengan sebuah tahanan seperti terlihat pada gambar 1.8, maka elektron dari keping yang berpolaritas negatif akan mengalir menuju keping yang berpolaritas positif. Sedangkan arus mengalir dari keping yang berpolaritas positif menuju keping yang berpolaritas negatif. Peristiwa seperti ini adalah pengosongan muatan kondensator.
gambar 2.8
Pengosongan muatan kondensator
 = Arah arus
 = Arah aliran elektron
         
Setelah beberapa saat, perpindahan elektron dari keping negatif kondensator menuju keping yang berpolaritas positif mengakibatkan jumlah elektron pada kedua keping menjadi sama. Pada kondisi ini kedua keping menjadi netral dan disebut kondisi kondensator telah kosong.
          Lamanya pengisian dan pengosongan kondensator tergantung pada besarnya kapasitas kondensator dan besarnya arus yang mengalir saat mengisi dan mengosongkan kondensator tersebut. Semakin besar kapasitas kondensator, semakin lama waktu pengisian dan pengosongannya.

2. Kondensator melawatkan arus listrik bolak balik (AC)
          Pada gambar 2.1, sebuah kondensator dialiri arus bolak-balik. Mula-mula terminal dari pada sumber arus berpotensial positif dan terminal bawah berpotensial negatif, perhatikan gambar(a). Maka mengalirlah arus pemuatan yang menyebabkan keping atas kondensator bermuatan positif, dan keping bawah bermuatan negatif. Tetapi saat berikutnya potensial pada kutub-kutub sumber bertukar . Terminal atas berubah menjadi negatif dan terminal bawah berubah menjadi terminal positif, perhatikan gambar (b). Dengan demikian sekarang arus permuatan berbalik arah. Dengan demikian sekarang arus pemuatan berbalik arah. Jadi kondensatorpun bertukar polaritas keping-kepingnya.
          Kejadian itu berualang terus-menerus, sehingga didapat aliran arus bolak-balik yang melalui kondensator Kejadian sebenarnya adalah, bahwa : arus pemuatan berbolak-balik arah.
 





 

          

gambar 2.9
Kondensator dalam rangkaian arus bolak balik
         
Jika kondensator berada dalam rangkaian arus bolak-balik, maka arus dan tegangan tidak akan berbarengan mencapai titik nol ataupun titik maksimum. Dalam kejadian seperti ini dikatakan bahwa antara arus dan tegangan tidak sefasa. Perhatikan gambar 2.10.
gambar 2.10
Jalannya arus dan tegangan bolak-balik pada kondesator,
I mendahului V sebesar 900.
          Dalam gambar grafik, sumbu horizontal tidak dinyatakan dalam satuan waktu, melainkan dalam derajat listrik. Satu periode terbagi dalam 3600 , dengan demikian ½ perioda sama dengan 1800 , dan ¼ perioda sama dengan 900.
          Kita lihat bahwa arus mendahului tegangan sebesar 900, I sudah berjalan 900 dan maksimum sementara V masih 0.

3. Kondensator mem-blocking  arus searah.
          Apabila kondensator dihubungkan dengan rangkian arus searah, kita berharap bahwa tidak ada arus yang mengalir sebab pada kondensator terdapat bahan dielektrika. Seperti telah kita ketahui bahwa kondensator terdiri dari dua keping konduktor yang dipisahkan oleh bahan dielektrika yang bersifat sebagai isolator, jadi pada kondensator tersebut arus searah yang masuk pada salah satu kepingnya tidak akan mengalir menuju keping yang kedua.
          Pada praktek pengukurannya, saat pertama kali catu daya tegangan searah diberikan pada kondensator terdapat arus yang mengalir pada kondensator, namun arus tersebut hanya sesaat sebagai pengisi muatan pada kedua keping kondensator. Setelah kondensator penuh maka arus tidak lagi mengalir. Arus yang mengalir sangat singkat  tersebut tidak dapat diambil manfaatnya, karena itu kita katakan arus DC tidak dapat mengalir pada kondensator.

4. Kapasitor sebagai Filter
Telah kita pahami sebelumnya bahwa kondensator dapat melewatkan arus bolak-balik dan mem-blocking (tidak melewatkan) arus searah. Tahanan sebuah kondesator yang disebut reaktansi kapasitif (XC) menjadi kecil jika dialiri arus bolak balik dan menjadi sangat besar bahkan tak terhingga jika dialiri arus searah.
          Secara matematis, besarnya rreaktansi kapasitif (XC) dirumuskan sebagai berikut:
          Hubungan besarnya reakatansi kapasitif dengan frekuensi dan kapasitansi adalah berbanding terbalik. Semakin besar frekuensi dan kapasitansi maka reaktansi kapasitif menjadi semakin kecil. Maka arus AC yang mempunyai frekuensi tinggi dapat melalui kondesator dengan mudah karena reaktansi kapasitifnya sangat kecil.
          Sebaliknya jika arus searah yang mamiliki frekuensi = 0 melalui kondensator maka reaktansi kapasitif menjadi tak terhingga.
          Sebagai contoh, sebuah kondensator dengan nilai kapasitansi 1000 uF dialiri arus AC 12 Volt 50 Hz, maka besarnya  reaktansi kapasitif  kondensator tersebut adalah:
           
Kemudian jika kondensator tersebut dialiri arus searah, besar reaktansi kapasitifnya adalah:
, tak terhingga.
Sifat kondensator  yang mempunyai tahanan kecil terhadap arus AC dan tahanan  tak terhingga terhadap arus DC, dimafaatkan dalam rangkaian penyearah catu daya (adaptor) sebagai filter untuk menghasilkan tegangan DC yang benar-benar rata tanpa riak (ripple) tegangan pada outputnya.
gambar 2.11
       Perhatikan gambar 4.1, tegangan AC yang telah diturunkan besarnya dengan tranformator step-down diberikan ke penyearah jembatan. Penyearah ini adalah penyearah gelombang penuh. Outputnya merupakan gelombang setengah siklus yang masih memiliki riak (ripple) . Dengan mengunakan kondensator sebagai filter maka tegangan output yang berbentuk gelombang setengah siklus tersebut disaring dengan cara melewatkan riak melalui kondensator menuju ground. Sedangkan tegangan ratanya tidak dilewatkan ke ground , dan diberikan ke beban pada outputnya.
 


          Input AC    è    Hasil Penyearah   è       Filter           è Ouput DC         
gambar 2.12

III. Rangkaian Kondensator
3.1 Rangkaian seri kondesator
          Jika kondensator dirangkai secara seri maka nilai kapasitansinya akan menjadi kecil, lebih kecil dari kapasitas terkecil dalam rangkaiannya
gambar 5.1
          Besarnya kapasitansi rangkaian kondensator yang dirangkai seri dapat  didapat dengan rumus:
          Contoh: Jika tiga buah kondesator dirangkai secara seri,C1 = 2 uF, C2= 4 uF dan  C3=10 uF. Maka nilai C total adalah:
         
         
 (lebih kecil dari nilai terkecil yang ada dalam rangkaian).
Jika hanya dua kondensator yang dirangkai secara seri maka nilai kapasitansinya akan sebesar:
Pada rangkaian seri kondensator terjadi pembagian tegangan seperti halnya pada rangkaian seri tahanan, karena pada kondensator juga terdapat reaktansi kapasitif XC.
Seperti telah diketahui dari kegiatan sebelumnya bahwa besarnya reaktansi kapasitif tergantung pada besarnya nilai kapasitansi kondensator tersebut. Semakin besar nilai kapasitansi maka semakin kecil nilai reaktansi kapasitif, sebaliknya semakin kecil nilai kapasitansi semakin kecil nilai reaktansi kapasitif.
Karena reaktansi (tahanan) kapasitif kondensator dengan nilai kapasitansi besar adalah kecil, maka besar tegangan pada kondensator tersebut adalah kecil karena nilai tegangan sebanding dengan nilai tahanan. Sehingga untuk pembagian tegangan oleh rangkaian kondensator seri mengikuti persamaan:
Contoh: Jika tiga buah kondensator yang dirangkai seri masing masing mempunyai nilai C1 = 2 mF, C2 =4 mF,dan C3 = 10 mF dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan V = 85 V, maka berapakah tegangan yang ada pada setiap kondensator?
Jawab:  
          
          
          
          
          
           Tegangan total V = 50 V + 25 V + 10 V = 85 V (tegangan sumber).
3.2 Rangkaian paralel kondesator
          Jika kondensator dirangkai secara seri maka diperoleh kapasitansi yang lebih besar. Pada setiap kondensator tersebut terdapat tegangan yang sama besarnya.
gambar 2.13
          Dengan diparalelkannya kondensator , maka kapasitas keseluruhan (Ct) menjadi:
Ct = C1 + C2 + C3
          Sedangkan tegangan yang terdapat pada kondensator tersebut adalah sama dengan tegangan catu daya.
          Contoh: C1 = 2 mF, C2 = 4 mF, dan C3 = 0,1 mF, Maka kapasitas keseluruhan Ct menjadi :   
                   Ct = 2 mF + 4 mF + 0,1 mF = 6,1 mF


IV. KODE ANGKA DAN HURUF PADA KAPASITOR 

Lembar Informasi
Kapasitas kapasitor diukur dalam F (Farad) = 10-6 mF (mikro Farad) = 10-9 nF (nano Farad) = 10-12 pF (piko Farad). Kapasitor elektrolit mempunyai dua kutub positif dan kutub negatif (bipolar), sedangkan kapasitor kering misal kapasitor mika, kapasitor kertas tidak membedakan kutub positif dan kutub negatif (non polar).
Simbol kapasitor dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


 



Gambar 2.14. Simbol Kapasitor

Arti kode angka dan huruf pada kapasitor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Kode Angka dan Huruf pada Kapasitor
Kode angka
Gelang 1
(Angka pertama)
Gelang 2
(Angka kedua)
Gelang 3
(Faktor pengali)
Kode huruf
(Toleransi/%)
0
-
0
1
B
1
1
1
10
C
2
2
2
102
D
3
3
3
103
F = 1
4
4
4
104
G = 2
5
5
5
105
H = 3
6
6
6
106
J  = 5
7
7
7
107
K = 10
8
8
8
108
M = 20
9
9
9
109


Contoh : -  kode kapasitor = 562 J 100 V artinya : besarnya kapasitas = 56 x 102 pF = 5600 pF; besarnya toleransi = 5%; kemampuan tegangan kerja = 100 Volt.
 -  Kode kapasitor = 100 nJ artinya : besarnya kapasitas = 100 nF; besarnya toleransi = 5%.
 - Kode kapasitor : 100 mF 50 V artinya = besarnya kapasitas = 100 mF; besarnya tegangan kerja = 50 Volt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar